11 September 2014

Kumpulan Pantun Talibun Mrs. Darkasih

KUMPULAN PANTUN TALIBUN

digunakan guna memenuhi tugas bahasa indonesia (Mrs. darksih, Spdi)
bagi kalian yang ingin mengkopi tulisan dibawah ini juga boleh sebanyak banyaknya

 
 
Rumah gadang di Minangkabau
nan berukuir sembilan orang
nan bertebat di kebun bunga
cincin emas tinggalah engkau
batu permata biarlah hilang
sekarang intan sudah kupunya

Berkeris si katin muna
patah sudah bersimpai belum
tak sebuah jadi tuah
jika dilihat pusaka lama
dibangkit batang nan terendam
tlah banyak lagi yang berubah

Telah penat hamba mendaki
mendaki batu berjenjang
bulan tak juga terang-terangnya
Telah penat hamba menanti
telah putih mata memandang
tuan tak kunjun datang juga

Sutan Palembang orang Pariaman
duduk menyurat menulisi
duduk melukis gambar bulan
Sepantun jenang dalam pinggan
lekat tak hendak pupus lagi
begitu sayang kepada tuan

Sejak semula hamba letakkan
tidak diletak di dalam padi
batang pepaya diampaikan
sejak semula hamba katakan
tidak diletak di dalam hati
kami juga merasakan

Telakang crana kaca
nan sama orang gantangkan
Renggang karena bahasa
bercerai karena budi
itu sama orang pantangkan

Sehabis dahan dengan ranting
dikupas di kulit batang
teras pengubar barulah nyata
setinggi-tinggi melanting
membumbung ke awang-awang
baliknya ke tanah jawa

Telah masak  jarang padi orang Singkarak
masaknya bertangkai-tangkai
setangkai jarang yang muda
ikat selilit simpul sintak
ikat sulit untuk ungkai
oleh yang punya mudah saja

Orang Padang memintal benang
disusun baru dilipat
dilipat baru dipertiga
kalau direntang malah panjang
elok dipintal agar singkat
begitu pula kasih kita

Lagu laga bunyi pedati
pedati hendak pergi ke Padang
genta kerbau berbunyi juga
walau sepiring dapat pagi
atau sepiring dapat petang
kampung halaman teringat juga

Lada dengan apa akan digiling
garam nan jauh di Pariaman
awak berladang tepi rimba
mata dengan apa akan di dinding
di dinding dengan telapak tangan
di ruang jari tampak jua

Anak orang di Padang Gadut
hendak ke Bandar hari sabtu
singgah dahulu di pendakian
menangis diri dalam selimut
mana mungkin tuan akan tahu
ke bantal saja saya bisikkan

Anak orang di Padag Tarap
pergi berjalan ke kebun bunga
hendak ke pekan hari tlah senja
Di sana sirih kami kerekap
meskipun daunnya serupa
namun rasanya berlain jua

Orang Solok ke Batang Kapas
hendak menjelang ke Pasar Kemang
terus ke pekan di Indrapura
meskipun daunnya serupa
namun rasanya berlain jua

Jika tuan pergi ke ladang
usah lupa mengambil sayur
bawalah pulang bawa ujungnya
jika tuan benar-benar sayang
biarkan hati hamba berbaur
berbaur luluh bersama kasihnya

Melati letakkan di jamban
wangi setangkai tidak berbuah
bunga suntingan untuk puteri
Kini rasakanlah di badan
hati dan mata punya ulah
kini tanggungkanlah di diri

Malang nasib pelita redup
pelita nyala hari tlah siang
hidup menyala diatas peti
rintang menghitung duka hidup
lelap selayang hari siang
dipeluk bantal ditangisi

Anak mandi bapak menyauk
hendak mandi berbasah-basah
mandi disumur orang Kota Tua
anak mati bapak mengamuk
hendak sama berkalang tanah
hendak sekubur badan berdua

Di atas tuba orang pecah
di bawah tikam tlah mati
di tengah jala bertega
bila rasaku tlah patah
patah karena sakit hati
mati obatnya kan bikin lega

Ke hilir ke Kuarataji
ke pekan menjual pandan
pergi ke pekan berdua-dua
Kalau adik ingkar janji
sudah menjadi sumpah badan
mati sekubur kita berdua

Jika mandi kanda di hulu
air nan susah kanda sauk
disauk usah dikeruhi
Jika mati hamba dahulu
mati tak usah kanda jenguk
dijenguk usah ditangisi

Anak orang Kubang Putih
pergi ke pasar hari akan senja
memakai baju gunting Cina
Ulah rayu si daun sirih
bercerai pinang dengan tampuknya
apakan daya si cemara

Penakik pisau siraut
ambil galah batang lintabung
selodang ambilan nyiru
setitik jadikan laut
sekepal jadikan gunung
alam terkembang jadikan guru

Bukan pohon kenari saja
ke rimba mengambil rotan
terbawa rotan muda
bukan hamba kemari saja
kemari membawa esan
ialah pesan si Umbut Muda



0 komentar:

Posting Komentar