1 Oktober 2014

Ekosistem Terumbu Karang di Indonesia

Ekosistem Terumbu Karang di Indonesia

Mei 4, 2010
BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan  negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang menjapai 17.508 pulau dengan luas lautnya sekitar 3,1 juta km2 Wilayah lautan yang luas tersebut menjadikan Indonesia mempunyai kekayaan dan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, salah satunya adalah ekosistem terumbu karang. Terumbu karang merupakan  ekosistem khas daerah tropis dengan pusat penyebaran di wilayah Indo-Pasifik. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas dari perairan Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia (Walters, 1994 dalam Suharsono, 1998).
Potensi sumberdaya alam kelautan ini tersebar di seluruh Indonesia dengan  beragam nilai dan fungsi, antara lain nilai rekreasi (wisata bahari), nilai produksi (sumber bahan pangan dan ornamental) dan nilai konservasi (sebagai pendukung proses ekologis dan penyangga kehidupan di daerah pesisir, sumber sedimen pantai dan melindungi pantai dari ancaman abrasi) (Fossa dan Nilsen, 1996). Ditinjau dari aspek ekonomi, ekosistem terumbu karang menjadi tumpuan hidup bagi masyarakat pesisir di sekitarnya (Suharsono, 1998).
Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu karang ini pada umumnya hidup lebih dari 300 jenis karang, yang terdiri dari sekitar 200 jenis ikan dan berpuluh‐puluh jenis moluska, crustacean, sponge, alga, lamun dan biota lainnya (Dahuri, 2000). Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih terperinci tentang morfologi, fisiologi, habitat, dan manfaat dari terumbu karang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Pengertian Terumbu Karang
Binatang karang adalah  pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Binatang karang yang berukuran sangat kecil, disebut polip, yang dalam jumlah ribuan membentuk koloni yang dikenal sebagai karang (karang batu atau karang lunak). Dalam peristilahan ‘terumbu karang’, “karang” yang dimaksud adalah  koral, sekelompok  hewan dari ordo  Scleractinia  yang menghasilkan  kapur  sebagai pembentuk utama terumbu, sedangkan Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut, yang juga meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel pada batuan kapur tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang maupun dari alga. Secara fisik terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari kapur yang dihasilkan oleh karang. Di Indonesia semua terumbu berasal dari kapur yang sebagian besar dihasilkan koral. Di dalam terumbu karang, koral adalah insinyur ekosistemnya. Sebagai hewan yang menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya,karang merupakan komponen yang terpenting dari ekosistem tersebut. Jadi Terumbu karang (coral reefs) merupakan ekosistem laut tropis yang terdapat di perairan dangkal yang jernih, hangat (lebih dari 22oC), memiliki kadar CaCO3 (Kalsium Karbonat) tinggi, dan komunitasnya didominasi berbagai jenis hewan karang keras.  (Guilcher, 1988).
2.2       Tipe- Tipe Terumbu Karang Berdasarkan Jenisnya
Ada dua jenis terumbu karang yaitu :
  1. Terumbu karang keras (seperti brain coral dan elkhorn coral) merupakan karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang. Karang batu ini menjadi pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Walaupun terlihat sangat kuat dan kokoh, karang sebenarnya sangat rapuh, mudah hancur dan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.
  2. Terumbu karang lunak (seperti sea fingers dan sea whips) tidak membentuk karang. Terdapat beberapa tipe terumbu karang yaitu terumbu karang yang tumbuh di sepanjang pantai di continental shelf yang biasa disebut sebagai fringing reef, terumbu karang yang tumbuh sejajar pantai tapi agak lebih jauh ke luar (biasanya dipisahkan oleh sebuah laguna) yang biasa disebut sebagai barrier reef dan terumbu karang yang menyerupai cincin di sekitar pulau vulkanik yang disebut coral atoll.
2.3       Tipe- Tipe Terumbu Karang Berdasarkan Bentuknya
Terumbu karang umunya dikelompokkan ke dalam empat bentuk, yaitu :

1.         Terumbu karang tepi (fringing reefs)
Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
2.         Terumbu karang penghalang (barrier reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.52 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).
3.         Terumbu karang cincin (atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulaupulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan.
4.         Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Beberapa Spesies Terumbu Karang di Indonesia dan Klasifikasinya
1. Acropora cervicornis
Kingdom               : Animalia
Phylum                  : Cnidaria
Class                       : Anthozoa
Ordo                       : Scleractinia
Family                   : Acroporidae
Genus                     : Acropora
Spesies                  : Acropora cervicornis

Acropora cervicornis
Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri             : Koloni dapat terhampar sampai beberapa meter, Koloni arborescens, tersusun             dari cabang-cabang yang silindris. Koralit berbentuk pipa. Aksial koralit dapat dibedakan.
Warna                   : Coklat muda.
Kemiripan           : A. prolifera, A. formosa.
Distribusi            : Perairan Indonesia, Jamaika, dan Kep. Cayman..
Habitat               : Lereng karang bagian tengah dan atas, juga perairan lagun yang jernih.
2. Acropora acuminata
Kingdom          : Animalia
Phylum             : Cnidaria
Class                  : Anthozoa
Ordo                 : Scleractinia
Family             : Acroporidae
Genus               : Acropora
Spesies             : Acropora acuminata

Acropora acuminata
Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri              : Koloni bercabang. Ujung cabangnya lancip. Koralit mempunyai 2 ukuran.
Warna                 : Biru muda atau coklat.
Kemiripan        : A. hoeksemai, A abrotanoides.
Distribusi          : Perairan Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea dan Philipina.
Habitat              : Pada bagian atas atau bawah lereng karang yang jernih atau pun keruh.
3. Acropora micropthalma
Kingdom          : Animalia
Phylum             : Cnidaria
Class                   : Anthozoa
Ordo                   : Scleractinia
Family               : Acroporidae
Genus                 : Acropora
Spesies              : Acropora micropthalma

Acropora micropthalma
Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri              : Koloni bisa mencapai 2 meter luasnya dan hanya terdiri dari satu spesies. Radial koralit kecil, berjumlah banyak dan ukurannya sama.
Warna                 : Abu-abu muda, kadang coklat muda atau krem.
Kemiripan        : A. copiosa, A. Parilis, A. Horrida, A. Vaughani, dan A. exquisita.
Distribusi          : Perairan Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea.
Habitat              : Reef slope bagian atas, perairan keruh dan lagun berpasir.
4. Acropora millepora
Kingdom          : Animalia
Phylum             : Cnidaria
Class                  : Anthozoa
Ordo                  : Scleractinia
Family              : Acroporidae
Genus               : Acropora
Spesies             : Acropora millepora

Acropora millepora
Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri             : Koloni berupa korimbosa berbentuk bantalan dengan cabang pendek yang seragam. Aksial koralit terpisah. Radial koralit tersusun rapat.
Warna                : Umumnya berwarna hijau, orange, merah muda, dan biru.
Kemiripan        : Sepintas karang ini mirip dengan A. convexa, A. prostrata, A. aspera dan A. pulchra.
Distribusi          : Tersebar dari Perairan Indonesia, Philipina dan Australia.
Habitat               : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan yang dangkal.
5. Acropora palmate
Kingdom          : Animalia
Phylum            : Cnidaria
Class                 : Anthozoa
Ordo                 : Scleractinia
Family              : Acroporidae
Genus               : Acropora
Spesies             : Acropora palmate

Acropora palmatae
Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 5-20 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk cabang besar menyerupai tanduk rusa.
Warna                 : Umumnya berwarna coklat muda sampai coklat kekuningan.
Distribusi          : Tersebar di Perairan Indonesia, Karibia, dan Bahama.
Habitat               : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal.
6. Acropora hyacinthus
Kingdom          : Animalia
Phylum             : Cnidaria
Class                  : Anthozoa
Ordo                  : Scleractinia
Family              : Acroporidae
Genus                : Acropora
Spesies              : Acropora hyacinthus

Acropora hyacinthus
Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 15-35 meter.
Ciri-ciri              : Koloni berbentuk datar tipis dan struktur halus di permukaan.
Warna                 : Coklat, hijau, merah muda.
Distribusi          : Perairan Indonesia, Indo-Pasifik.
Habitat               : Umumnya di lereng karang.
7. Acropora echinata
Kingdom          : Animalia
Phylum             : Cnidaria
Class                  : Anthozoa
Ordo                  : Scleractinia
Family              : Acroporidae
Genus               : Acropora
Spesies             : Acropora echinata

Acropora echinata
Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri              : Koloni berbentik tabung bercabang yang menyerupai tentakel.
Warna                 : Coklat, kuning, putih.
Distribusi          : Indo-Pasifik barat.
Habitat               : Perairan dangkal yang hangat.
8. Acropora humilis
Kingdom          : Animalia
Phylum            : Cnidaria
Class                 : Anthozoa
Ordo                  : Scleractinia
Family              : Acroporidae
Genus               : Acropora
Spesies             : Acropora humilis

Acropora humilis
Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri              : Koloni berbentuk jari-jari pipih bercabang.
Warna                 : Ungu, merah muda.
Distribusi          : Perairan Indonesia, Indo-Pasifik.
Habitat               : Perairan dangkal, ada juga di lereng karang.
9. Acropora cytherea
Kingdom          : Animalia
Phylum            : Cnidaria
Class                 : Anthozoa
Ordo                 : Scleractinia
Family              : Acroporidae
Genus               : Acropora
Spesies             : Acropora cytherea

Acropora cytherea
Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri              : Koloni berbentuk meja datar dengan struktur yang padat halus.
Warna                 : Krem, coklat, biru.
Distribusi          : Indo-Pasifik barat.
Habitat               : Perairan tenang, atas dan bawah lereng karang.
10. Siderastrea sidereal
Kingdom          : Animalia
Phylum             : Cnidaria
Class                  : Anthozoa
Ordo                  : Scleractinia
Family              : Siderastreidae
Genus                : Siderastrea
Spesies              : Siderastrea sidereal

Siderastrea sidereal
Kedalaman       : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 7-14 meter.
Ciri-ciri              : Koloni berbentuk batu bulat besar.
Warna                 : Coklat keemasan, abu-abu.
Distribusi          : Perairan Indonesia, Karibia.
Habitat               : Perairan dangkal yang jernih.


3.2    Faktor- Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan Ekosistem Terumbu Karang
  • Suhu
Secara global, sebarang terumbu karang dunia dibatasi oleh permukaan laut yang isoterm pada suhu 20 °C, dan tidak ada terumbu karang yang berkembang di bawah suhu 18 °C. Terumbu karang tumbuh dan berkembang optimal pada perairan bersuhu rata-rata tahunan 23-25 °C, dan dapat menoleransi suhu sampai dengan 36-40 °C.
  • Salinitas
Terumbu karang hanya dapat hidup di perairan laut dengan salinitas air yang tetap di atas 30 ‰ tetapi di bawah 35 ‰ Umumnya terumbu karang tidak berkembang di perairan laut yang mendapat limpasan air tawar teratur dari sungai besar, karena hal itu berarti penurunan salinitas. Contohnya di delta sungai Brantas (Jawa Timur). Di sisi lain, terumbu karang dapat berkembang di wilayah bersalinitas tinggi seperti Teluk Persia yang salinitasnya 42 %.
  • Cahaya dan Kedalaman
Kedua faktor tersebut berperan penting untuk kelangsungan proses fotosintesis oleh zooxantellae yang terdapat di jaringan karang. Terumbu yang dibangun karang hermatipik dapat hidup di perairan dengan kedalaman maksimal 50-70 meter, dan umumnya berkembang di kedalaman 25 meter atau kurang. Titik kompensasi untuk karang hermatipik berkembang menjadi terumbu adalah pada kedalaman dengan intensitas cahaya 15-20% dari intensitas di permukaan.
  • Kecerahan
Faktor ini berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan perairan tinggi berarti penetrasi cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu produktivitas perairan yang tinggi pula.
  • Gelombang
Gelombang merupakan faktor pembatas karena gelombang yang terlalu besar dapat merusak struktur terumbu karang, contohnya gelombang tsunami. Namun demikian, umumnya terumbu karang lebih berkembang di daerah yang memiliki gelombang besar. Aksi gelombang juga dapat memberikan pasokan air segar, oksigen, plankton, dan membantu menghalangi terjadinya pengendapan pada koloni atau polip karang.
  • Arus
Faktor arus dapat berdampak baik atau buruk. Bersifat positif apabila membawa nutrien dan bahan-bahan organik yang diperlukan oleh karang dan zooxanthellae, sedangkan bersifat negatif apabila menyebabkan sedimentasi di perairan terumbu karang dan menutupi permukaan karang sehingga berakibat pada kematian karang.
  • Sedimen
Karang umumnya tidak tahan terhadap sedimen. Karena sedimen merupakan faktor pembatas yang potensial bagi sebaran karang di daerah dimana suhu cocok untuk hewan ini.
3.3       Penghuni Terumbu Karang
1.         Tumbuh- tumbuhan
Ganggang (alga) merupakan suatu kelompok tumbuh-tumbuhan yang besar dan beraneka ragam yang biasanya terdapat di dalam lingkungan akuatik. Mereka adalah produsen primer, seperti yang telah diterangkan, mampu menangkap energi surya dan mnggunakannya untuk menghasilkan gula dan senyawa majemuk lainnya dengan menyimpan energi.Lamun adalah salah satu vegetasi yang hidup di sekitar terumbu karang. Lamun mempunyai manfaat sebagai perangkap sedimen.
2.         Avertebrata
Hewan karang dari filum Cnidaria merupakan kelompok- kelompok utama dari dunia hewan yang sangat penting dalam ekologi terumbu karang. Filum Cnidaria itu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu hydroid, ubur- ubur dan Anthozoa.
Berbagai jenis cacing hidup di terumbu karang. Kebanyakkan memiliki ukuran kecil dan tidak kelihatan. Cacing berperan dalam proses erosi yang dilakukan oleh hewan secara alami, yang disebut bioerosi, dari  batuan kapur menjadi pecahan kapur sampai ke pasir dengan mliang pada batuan tadi.
Crustacea merupakan klompok yang amat terkenal dari filum Arthropoda yang hidup dalam terumbu karang. Mereka terdiri dari teritip, kepiting, udang, lobster dan udang  karang.
Banyak hewan Crustacea ini mempunyai hubungan khusus dengan hwan lain di terumbu karang. Teritip menempel pada beberapa substrat seperti penyu dan kepiting; udang pembersih dengan beberapa ikan; atau udang kecil bwarna dengan anemone.
Molusca menyumbangkan cukup banyak kapur kepada ekosistem terumbu yang merupakan penyumbang penting terbentuknya pasir laut. Keanekaragaman Mollusca memainkan peranan penting di dalam jaringan makanan terumbu karang yang rumit ini. Mereka juga menjadi dasar bagi perdagangan besar cangkang hias dan penunjang utama perikanan kerang dan cumi- cumi.
Echinodermata adalah penghuni perairan dangkal dan umumnya terdapat di terumbu karang dan padang lamun. Bintang laut yang omnivora memakan apa saja mulai dari sepon, teritip, keong dan kerang.Teripang mendiami sebagain besar terumbu karang dan memakan alga dan detritus dasar. Mereka mempunyai alami sedikit dan manusia barangkali yang menjadi pemangsa yang rakus.
3.         Ikan Karang
Ikan karang terbagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu:
(1) ikan target yaitu ikan-ikan yang lebih dikenal oleh nelayan sebagai ikan konsumsi seperti Famili Serranide, Lutjanidae, Haemulidae, Lethrinidae;
(2) kelompok jenis indikator yaitu ikan yang digunakan sebagai indikator bagi kondisi kesehatan terumbu karang di suatu perairan seperti Famili Chaetodontidae; dan
(3) kelompok ikan yang berperan dalam rantai makanan, karena peran lainnya belum diketahui seperti Famili Pomacentridae, Scaridae, Acanthuridae, Caesionidae, Siganidae, Muliidae, Apogonidae (Adrim, 1993).
Banyak ikan yang mempunyai daerah hidup di terumbu karang dan jarang dari ikan-ikan tersebut keluar daerahnya untuk mencari makanan dan tempat perlindungan. Batas wilayah ikan tersebut didasarkan pada pasokan makananan, keberadaan predator, daerah tempat hidup, dan daerah pemijahan.
4.         Reptilia
Reptiilia yang terdapat pada ekosistem terumbu karang hanya dua kelompok yaitu, ular laut dan penyu. Dua klompok ini terancam punah. Ular ditangkap untuk kulitnya, dan penyu terutama untuk telurnya.
3.4 Manfaat Ekosistem Terumbu Karang
  • Dari segi ekonomi ekosistem terumbu karang memiliki nilai estetika dan tingkat keanekaragaman biota yang tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan, bahan obat – obatan ataupun sebagai objek wisata bahari.
  • Ditinjau dari fungsi ekologisnya, terumbu karang yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan menyumbangkan stabilitas fisik, yaitu mampu menahan hempasan gelombang yang kuat sehingga dapat melindungi pantai dari abrasi
  • Adapun dari sisi social ekonomi, terumbu karang adalah sumber perikanan yang produktif sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan, penduduk pesisir, dan devisa Negara yang berasal dari devisa perikanan dan pariwisata.
3.5       Faktor- faktor yang Merusak Terumbu Karang
Indonesia memang kaya akan keanekaragaman hayati nya termasuk di laut. Karena Indonesia termasuk negara kepulauan. Saat ini salah satu ekosistem yang memiliki peranan penting yaitu terumbu karang, kini mulai rusak. Hal ini disebabkan oleh :
a. Pengendapan kapur
Pengendapan kapur dapat berasal dari penebangan pohon yang dapat mengakibatkan pengikisan tanah (erosi)  yang akan terbawa kelaut dan menutupi karang sehingga karang tidak dapat tumbuh karena sinar matahari tertutup oleh sedimen.
b. Aliran air tawar
Aliran air tawar yang terus menerus dapat membunuh karang, air tawar tersebut dapat berasal dari pipa pembuangan, pipa air hujan ataupun limbah pabrik yang tidak seharusnya mengalir ke wilayah terumbu karang.
c. Berbagai jenis limbah dan sampah
Bahan pencemar bisa berasal dari berbagai sumber, diantaranya adalah limbah pertanian, perkotaan, pabrik, pertambangan dan perminyakan.
d. Pemanasan suhu bumi
Pemanasan suhu bumi dikarenakan pelepasan karbon dioksida (CO2) ke udara. Tingginya kadar CO2 diudara berpotensi meningkatan suhu secara global. yang dapat mengakibatkan naik nya suhu air laut sehingga karang menjadi memutih (bleaching) seiring dengan  perginya zooxanthelae dari jaringan kulit karang, jika terjadi terus menerus maka pertumbuhan terumbu karang terhambat dan akan mati.
e. Uji coba senjata militer
Pengujian bahan peledak dan nuklir di laut serta kebocoran dan buangan reaktor nuklir menyebabkan radiasi di laut, bahan radio aktif tersebut dapat bertahan hingga ribuan tahun yang berpotensi meningkatkan jumlah kerusakan dan perubahan genetis (mutasi) biota laut.
f. Cara tangkap yang merusak
Cara tangkap yang merusak antara lain penggunaan muro-ami, racun dan bahan peledak.
d. Penambangan dan pengambilan karang
Pengambilan dan penambangan karang umumnya digunakan sebagai bahan bangunan. Penambangan karang berpotensi menghancurkan ribuan meter persegi terumbu dan mengubah terumbu menjadi gurun pasir bawah air.
e. Penambatan jangkar dan berjalan pada terumbu
Nelayan dan wisatawan seringkali menambatkan jankar perahu pada terumbu karang. Jangkar yang dijatuhkan dan ditarik diantara karang maupun hempasan rantainya yang sangat merusak koloni karang.
f. Serangan bintang laut berduri
Bintang laut berduri adalah sejenis bintang laut besar pemangsa karang yang permukaanya dipenuhi duri. Ia memakan karang dengan cara manjulurkan bagian perutnya ke arah koloni karang, untuk kemudian mencerna dan membungkus  polip-polip karang dipermukaan koloni tersebut.
3.6       Metodologi Pengambilan Sampel Terumbu Karang
Beberapa metode yang umum digunakan oleh peneliti dalam menggambarkan kondisi terumbu karang adalah:
1. Metode Transek Garis
2. Metode Transek Kuadrat
3. Metode Manta Tow
4. Metode Transek Sabuk (Belt transect)
Berikut akan kita coba menjelaskan secara ringkas masing-masing metode tersebut:
1.      Metode Transek garis
  • Prinsip: menggunakan suatu garis transek yang diletakan diatas koloni karang.
  • Transek garis digunakan untuk menggambarkan struktur komunitas karang dengan melihat tutupan karang hidup, karang mati, bentuk substrat (pasir, lumpur), alga dan keberadaan biota lain. Spesifikasi karang yang diharapkan dicatat adalah berupa bentuk tumbuh karang (life form) dan dibolehkan bagi peneliti yang telah memiliki keahlian untuk mencatat karang hingga tingkat genus atau spesies.
  • Pemilihan lokasi survei harus memenuhi persyaratan keterwakilan komunitas karang di suatu pulau. Biasanya penentuan ini dilakukan setelah dilakukan pemantauan dengan metode Manta Tow.
  • Peralatan yang dibutuhkan dalam survei ini adalah rol meter, peralatan scuba, alat tulis bawah air, tas nilon, palu dan pahat untuk mengambil sampel karang yang belum bisa diidentifikasi, dan kapal.
Garis transek dimulai dari kedalaman dimana masih ditemukan terumbu karang batu (± 25 m) sampai di daerah pantai mengikuti pola kedalaman garis kontur. Umumnya dilakukan pada tiga kedalaman yaitu 3 m, 5 m dan 10 m, tergantung keberadaan karang pada lokasi di masing-masing kedalaman. Panjang transek digunakan 30 m atau 50 m yang penempatannya sejajar dengan garis pantai pulau.
Pengukuran dilakukan dengan tingkat ketelitian mendekati centimeter. Dalam penelitian ini satu koloni dianggap satu individu. Jika satu koloni dari jenis yang sama dipisahkan oleh satu atau beberapa bagian yang mati maka tiap bagian yang hidup dianggap sebagai satu individu tersendiri. Jika dua koloni atau lebih tumbuh di atas koloni yang lain, maka masing-masing koloni tetap dihitung sebagai koloni yang terpisah. Panjang tumpang tindih koloni dicatat yang nantinya akan digunakan untuk menganalisa kelimpahan jenis. Kondisi dasar dan kehadiran karang lunak, karang mati lepas atau masif dan biota lain yang ditemukan di lokasi juga dicatat.
Cara pemasangan Transek garis (LIT)
Kelebihan Kekurangan
Akurasi data dapat diperoleh dengan baik Membutuhkan tenaga peneliti yang banyak
Data yang diperoleh lebih banyak dan lebih baik seperti struktur komunitas seperti persentase tutupan karang hidup/karang mati, kekayaan jenis, dominasi, frekuensi kehadiran, ukuran koloni dan keanekaragaman jenis dapat disajikan secara lebih menyeluruh Dituntut keahlian peneliti dalam identifikasi karang, minimal life form dan sebaliknya genus atau spesies
Struktur komunitas biota yang berasosiasi dengan terumbu karang juga dapat disajikan dengan baik Survei membutuhkan waktu yang lama

Peneliti dituntut sebagai penyelam yang baik

Biaya yang dibutuhkan juga relatif lebih besar
2. Metode Transek Kuadrat (Quadrat Transek)
Metoda transek kuadrat digunakan untuk memantau komunitas makrobentos di suatu perairan. Pada survei karang, pengamatan biasanya meliputi kondisi biologi, pertumbuhan, tingkat kematian dan rekruitmen karang di suatu lokasi yang ditandai secara permanen. Survei biasanya dimonitoring secara rutin. Pengamatan didukung dengan pengambilan underwater photo sesuai dengan ukuran kuadrat yang ditetapkan sebelumnya. Pengamatan laju sedimentasi juga sangat diperlukan untuk mendukung data tentang laju pertumbuhan dan tingkat kematian karang yang diamati.
  • Peralatan yang dibutuhkan adalah kapal kecil, peralatan scuba, tanda kuadrat 1 m x 1 m dan sudah dibagi setiap 10 cm, kaliper, GPS dan underwater camera.
  • Data yang diperoleh dengan metoda ini adalah persentase tutupan relatif, jumlah koloni, frekuensi relatif dan keanekaragaman jenis.
Kelebihan Kekurangan
  • Data yang diperoleh lengkap dengan mengambar posisi biota yang ditemukan pada kuadrat, dengan bantuan underwater photo
  • Sumber informasi yang bagus dalam pemantauan laju pertumbuhan, tingkat kematian, laju rekruitmen
  • Proses kerjanya lambat dan membutuhkan waktu lebih lama.
  • Peralatan yang digunakan tidak praktis dan susah bekerja pada lokasi yang berarus
  • Metode ini cocok hanya pada luasan perairan yang kecil
  • Sedimen trap tidak bisa ditinggal dalam waktu lama dan tidak efektif pada daerah yang berarus
3. Metode Manta Tow
Metode Manta Tow adalah suatu teknik pengamatan terumbu karang dengan cara pengamat di belakang perahu kecil bermesin dengan menggunakan tali sebagai penghubung antara perahu dengan pengamat (Gambar 1). Dengan kecepatan perahu yang tetap dan melintas di atas terumbu karang dengan lama tarikan 2 menit, pengamat akan melihat beberapa obyek yang terlintas serta nilai persentase penutupan karang hidup (karang keras dan karang lunak) dan karang mati.
Teknik Manta Taw
  • Peralatan yang Digunakan
Untuk melakukan pengamatan terumbu karang dengan menggunakan metode Manta Tow ini diperlukan peralatan sebagai berikut :
Kaca mata selam (masker), Alat bantu pernapasan di permukaan air (snorkel), Alat bantu renang di kaki (fins), Perahu bermotor (minimal 5 PK), Papan manta (manta board) yang berukuran panjang 60 cm, lebar 40cm, dan tebal 2 cm, Tali yang panjangnya 20 meter dan berdiameter 1 cm,  Pelampung kecil, Papan plastik putih yang permukaannya telah dikasarkan dengan kertas pasir, Pensil, Penghapus, Stop watch/jam, Global Positioning System (GPS)
  • Prosedur Umum Manta Tow
Pengamat ditarik di antara rataan terumbu karang dan tubir (reef edge), dengan kecepatan yang tetap yaitu antara 3 ‐ 5 km/jam atau seperti orang yang berjalan lambat. Bila ada faktor lain yang menghambat seperti arus perairan yang kencang maka kecepatan perahu dapat ditambah sesuai dengan tanda dari si pengamat yang berada di belakang perahu. Pengamatan terumbu karang dilakukan selama 2 menit, kemudian berhenti beberapa saat untuk memberikan waktu bagi pengamat mencatat data beberapa kategori yang terlihat selama 2 menit pengamatan tersebut ke dalam tabel data yang tersedia di papan manta. Setelah mendapat tanda dari pengamat maka pengamatan dilanjutkan lagi selama 2 menit, begitu seterusnya sampai selesai pada batas lokasi terumbu karang yang diamati.
Kelebihan Kekurangan
Mudah dipraktikan Survey secara tidak sengaja dapat dilakukan pada lokasi diluar terumbu karang
Biaya yang dibutuhkan tidak terlalu mahal Kemungkinan ada objek yang terlewatkan
4. Metode Transek Sabuk (BELT TRANSECT)
Transek sabuk digunakan untuk mengambarkan kondisi populasi suatu jenis karang yang mempunyai ukuran relatif beragam atau mempunyai ukuran maksimum tertentu misalnya karang dari genus Fungia. Metoda ini bisa juga untuk mengetahui keberadaan karang hias (jumlah koloni, diameter terbesar, jumlah jenis) di suatu daerah terumbu karang.
Panjang transek yang digunakan ada 10 m dan lebar satu m, pengamatan keberadaan karang hias yang pernah dilakukan oleh lembaga ICRWG (Indonesia Coral Reef Working Group) menggunakan panjang transek 30 m dan lebar dua meter (satu m sisi kiri dan kanan meteran transek). Pencatatan dilakukan pada semua individu yang menjadi tujuan penelitian, yang berada pada luasan transek.
Kelebihan Kekurangan
Pencatatan data jumlah individu lebih teliti Waktu yang dibutuhkan cukup lama
Data yang diperoleh mempunyai akurasi yang cukup tinggi dan dapat menggambarkan struktur populasi karang Membutuhkan keahlian untuk mengidentifikasi karang secara langsung dan dibutuhkan penyelaman yang baik
BAB V
KESIMPULAN
  1. Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae
  2. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan ekosistem Terumbu Karang yaitu suhu, salinitas, cahaya, kedalaman, kecerahan, gelombang dan arus.
  3. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang penting, karena tempat tinggal biota laut.
  4. Perubahan iklim merupakan faktor paling dominan dalam perusakkan terumbu karang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia harus lebih mencintai lingkungan.
  5. Indonesia dikenal sebagai pusat distribusi terumbu karang untuk seluruh Indo-Pasifik. Indonesia memiliki areal terumbu karang seluas 60.000 km2 lebih. Sejauh ini telah tercatat kurang lebih 354 jenis karang yang termasuk kedalam 75 marga.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan Terumbu Karang (Coral Reef).http://www.ubb.ac.id
Dahuri, Rokhim, 1999, Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Terumbu Karang, Lokakarya Pengelolaan dan IPTEK Terumbu Karang Indonesia, Jakarta.
Guilcher Andre. 1988. Coral reef Geomorphology. John Willey & Sons.Chhichester
Suharsono, 1994. Metode penelitian terumbu karang. Pelatihan metode penelitian dan kondisi terumbu karang. Materi Pelatihan Metodologi Penelitian Penentuan Kondisi Terumbu Karang: 115 hlm.
Suharsono, 1996. Jenis-jenis karang yang umum dijumpai di perairan Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembagan Oseanologi. Proyek penelitian dan Pengembangan daerah Pantai: 116 hlm.
Welly, Marthen. 2008. http://netsains.com/2009/07/indonesiapusatterumbukarangdunia.html


artikel dari : http://dhamadharma.wordpress.com/2010/05/04/ekosistem-terumbu-karang-di-indonesia/

30 September 2014

Cara Membuat Kabel Pigtail Sendiri

Kabel Pigtail















CARA MEMBUAT SENDIRI KABEL PIGTAIL

Untuk mendapatkan signal yang kuat sebuah Usb modem perlu dipasang antenna external.Dan untuk koneksi usb modem ke antenna external diperlukan kabel pigtail gunanya sebagai penghubung jack antenna Usb modem, Karena harga kabel Pigtail dipasaran yang mahal harganya sekitar seratus ribuan,Oleh karena itu saya membuat sendiri kabel pigtail dengan biaya yang lebih murah dan komponen bisa juga didapatkan disekitar kita yang tidak terpakai.Mottoku “Kalau kita bisa membuat kenapa harus membeli”.Panduan ini hanya untuk orang-orang yang suka berexperiment dan creative dan bagi yang suka instant alias beli mohon diabaikan saja.

Peralatan yang dibutuhkan untuk membuat kabel pigtail antara lain:
  1. Tang potong
  2. Cutter
  3. Timah
  4. Solder
  5. Shrink Isolator kabel
  6. Socket kabel power Supply Pc ( female )
  7. Pipa tembaga panjang 15mm dan diameter 3mm
  8. Kabel antenna panjang 300mm – 500 mm
  9. Jack BNC
Berikut ini Contoh Komponen yang perlu disediakan
kabel power supply PC (female)

Pipa tembaga panjang 15mm dan diameter 3mm
Jack BNC
Kabel Antenna
Shrink Isolator kabel ( jika dipanasi dengan solder akan mengkerut)

Berikut ini langkah-langkah pembuatan kabel pigtail seperti dibawah ini:
1. Ambil pin dari kabel power supply Pc seperti gbr dibawah ini
2. Selanjutanya potong kabel pin power supply Pc tersebut dan masukan ke pipa tembaga tepat ditengah-tengah
3. Solder pin yang ditandai dengan tanda panah merah.Maka akan menjadi seperti gambar dibawah ini
4. Kelupas kabel antenna dengan cutter menjadi seperti ini


5. Potong kabel lapisan luar kabel kecil ( yang muat masuk ke pin power supply pc ) ini sebagai isolator agar kabel tengah antenna tidak konslet dengan ground/pipa socket dan juga agar kabel antenna benar-benar berada di tengah didalam pipa pigtail.memotongnya ukur jika dimasukan ke pipa kawat tembaganya didalam hanya muncul 2mm dari ujung pipa agar kawat tembaga tidak terlalu masuk ke socket antenna usb modem.nantinya
.Lihat gambar dibawah ini



6. Selanjutnya masukan kabel antenna kedalam pipa



7. Potong jika ada sisa kabel antenna yang muncul dari pipa.Solder kabel ground ke pipa jika perlu,Setelah itu Masukan Shrink isolator kabel( yang dipanasi solder akan mengkerut ) ke kabel antena seperti Gambar berikut
8. Gosok dengan solder isolator tersebut agar mengkerut dan melekat erat dengan kabel antenna dan pipa tersebut
9.Pasang jack BNC atau bisa menggunakan jack lainnya pada ujung kabel antenna satunya ( ini hanya sebagai sambungan ke kabel antenna luar saja bisa memakai bisa tidak )

10. Dan hasil dari pembuatan kabel Pigtail akan nampak seperti gambar dibawah ini
11.Kabel pigtail buatan sendiri siap digunakan untuk dihubungkan dengan Kabel antenna external
Untuk cara pembuatan antenna Yagi support HSDPA akan ditulis tersendiri


Gambar diatas saat dihubungkan dengan USB modem Huawei E156G
Jika kesulitan mencari pipa tembaga bisa menggunakan alternative seperti assembling dibawah ini hanya menggunakan pin kabel power supply Pc.




Selanjutnya
bungkus sambungan dengan Isolator


Semoga dengan panduan singkat CARA MEMBUAT SENDIRI KABEL PIGTAIL diatas Bisa bermanfaat


artikel ini diambil dari  
http://mahardhikacellular.blogspot.com/2011/10/cara-membuat-sendiri-kabel-pigtail.html

bentuk puisi lama dan puisi baru

BENTUK PUISI LAMA DAN BARU

Penulisan Puisi pada ankatan balai Pustaka Masih di Pengaruhi oleh Puisi Lama seperti Pantun dan Syair. sedangkan angkatan para pujangga baru menciptakan puisi baru. Para pencipta puisi baru ingin melepaskan tradisi-tradisi yang melekat pada puisi lama dan menciptakan Puisi Baru.

PENGERTIAN PUISI BARU

Menurut Wikipedia, Puisi adalah Seni tertulis dimana bahasa digunakan untuk kualitas tambahan atau arti selain semantiknya. Segi Keindahannya meliputi gaya bahasa yaitu Majas dan Rima. Segi semantik (makna Terwujud) makna terwujud dalam larik-larik bentuk padat akan kandungan makna atau bentuk bentuk aneh.

Dalam bahasa yang sangat sederhana Puisi adalah Sebuah ekspresi Jiwa yang dilukiskan melalui rankaian kata kata yang indah dan penuh makna.

Pada Perkembangannya Puisi dibedakan menjadi 3 yaitu ;
1. Puisi Lama
 Puisi yang terikat oleh aturan seperti bait dan ritma. C/: Pantun (Puisi yang terdiri dari dua isi dan dua sampiran).
2. Puisi Baru
 Puisi baru yaitu Puisi yang tidak menggunakan aturan bait dan ritma.
3. Puisi Kontemporer 
                               Puisi kontemporer adalah Puisi yang lahir dalam dalam kurun waktu terakhir ini. dan tidak mengunakan aturan konvensional dalam penulisan puisi. bahkan bahasa yang digunakan kerap kali kuran santun. Puisi ini tidak Lagi mengindahkan diksi , rima dan Perlambangan.




25 September 2014

Film Dokumenter G30SPKI Penghianatan PKI

film G30SPKI menceritakan tentang penghianatan para PKI (Partai Komunis Indonesia) guna Meruntuhkan Pancasila Sebagai Dasar Negara Indonesia.





silahkan Download disini

17 September 2014

Aplikasi Pengingat Sholat 5 waktu

Download Software Shollu Terbaru 3.10 - Aplikasi Pengingat Sholat 5 Waktu Dengan Adzan


  Download Software Shollu Terbaru 3.10 - Aplikasi Pengingat Sholat 5 Waktu Dengan Adzan - Shollu adalah suatu program / aplikasi pengingat waktu sholat 5 waktu, mungkin bagi kita yang suka teledor dan gara gara fesbuk jadi masbuk, huhh, apa lagi sampai lupa akan waktu sholat, maka dari itu software ini dapat mengatasi hal tersebut, dan ini software freeware.

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا   سورة النساء - ١٠٣
Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah sholat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

Screen Shoot Software Shollu 3.10
   Fitur-fitur yang Software Shollu 3.10
  • Ukuran File yang kecil
  • Konversi Penanggalan Masehi-Hijriyah
  • Mendukung Banyak Kota di berbagai belahan dunia, terdapat 2.341 kota-kota besar dan 400 kota di indonesia, dan jika ingin lebih lengkap bisa menggunakan file tambahan yang bisa di download
  • Pengaturan untuk menampilkan pesan sebelum, saat atau sesudah masuknya waktu sholat yang mendukung pesan teks bahkan multimedia (audio-video)
  • Pembuatan file tabel waktu sholat yang bis disimpan dalam format HTML, csv dan tsv.
  • Mendukung berbagai bahasa, (kecuali kode unik) belum bisa
  • Dapat mengganti skin, terdapat hingga 40 skin
  • Dapat mengganti suara Adzan nya di setiap waktu sholat
  • Pesan untuk Sholat Jum'at
selebihnya silahkan lihat disini : http://code.google.com/p/shollu/

  Langsung aja Download Software Shollu Terbaru 3.10 - Aplikasi Pengingat Sholat 5 Waktu Dengan Adzan

=>  Disini

*Dikarenakannya versi terbaru ini banyak bugs nya maka saya akan memberikan versi sebelumnya silahkan klik dibawah untuk download,

 *Fix Shollu 

14 September 2014

Materi Puisi Bahasa Indonesia

PUISI
Puisi adalah bentuk karangan yang terikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
A. PUISI LAMA
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
- Jumlah kata dalam 1 baris
- Jumlah baris dalam 1 bait
- Persajakan (rima)
- Banyak suku kata tiap baris
- Irama
1. Ciri-ciri Puisi Lama
Ciri puisi lama:
a) Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya
b) Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
c) Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
2. Jenis dan Contoh Puisi Lama
a) Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Contoh : Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
b) Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran,  2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka. Contoh : Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
c) Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek. Contoh : Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
d) Seloka adalah pantun berkait. Contoh : Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
e) Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat. Contoh : Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
f) Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita. Contoh : Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
g) Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris. Contoh :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
4. Ciri-ciri dari jenis puisi lama
a) Mantra
Ciri-ciri:
Ø Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.
Ø Bersifat lisan, sakti atau magis
Ø Adanya perulangan
Ø Metafora merupakan unsur penting
Ø Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan misterius
Ø Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan persajakan.
b) Pantun
Ciri – ciri :
Ø Setiap bait terdiri 4 baris
Ø Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
Ø Baris 3 dan 4 merupakan isi
Ø Bersajak a – b – a – b
Ø Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
Ø Berasal dari Melayu (Indonesia)
c) Karmina
Ciri-ciri karmina
Ø Setiap bait merupakan bagian dari keseluruhan.
Ø Bersajak aa-aa, aa-bb
Ø Bersifat epik: mengisahkan seorang pahlawan.
Ø Tidak memiliki sampiran, hanya memiliki isi.
Ø Semua baris diawali huruf capital.
Ø Semua baris diakhiri koma, kecuali baris ke-4 diakhiri tanda titik.
Ø Mengandung dua hal yang bertentangan yaitu rayuan dan perintah.
d) Seloka
Ciri-ciri seloka
Ø Ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair,
Ø Namun ada seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
e) Gurindam
Ciri-ciri gurindam
Ø Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian
Ø baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
f) Syair
Ciri-ciri syair
Ø Terdiri dari 4 baris
Ø Berirama aaaa
Ø Keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair
g) Talibun
Ciri-ciri:
Ø Jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
Ø Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
Ø Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
Ø Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
Ø Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
B. PUISI BARU
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
1. Ciri-ciri Puisi Baru
a) Bentuknya rapi, simetris;
b) Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
c) Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
d) Sebagian besar puisi empat seuntai;
e) Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
f) Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
2. Jenis-jenis dan Contoh Puisi Baru
Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
a) Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Contoh : Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “ Balada Matinya Seorang Pemberontak”
b) Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Contoh :
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)
c) Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Contoh :
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
d) Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Contoh :
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
e) Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
f) Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Contoh :
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
g) Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Contoh :
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(Rendra)
Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain:
a) DISTIKON
Contoh :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
b) TERZINA
Contoh :
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane
c) QUATRAIN
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
d) QUINT
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
e) SEXTET
Contoh :
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
f) SEPTIMA
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
g) STANZA ( OCTAV )
Contoh :
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
h) SONETA
Contoh :
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
4. Ciri-ciri dari Jenis Puisi Baru
Ciri puisi dari Jenis isinya :
a) Balada
Ciri-ciri balada
Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.
b) Hymne
Ciri-ciri hymne
Lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau alma mater (Pemandu di Dunia Sastra).
Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernafaskan ke-Tuhan-an.
c) Ode
Ciri-ciri ode
Ciri ode nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
d) Epigram
Epigramma (Greek); unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
e) Romance
Romantique (Perancis); keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra
f) Elegi
Ciri-ciri elegi
Sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
g) Satire
Satura (Latin) ; sindiran ; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc)
Ciri puisi dari Jenis bentuknya :
a) Distikon
• 2 baris; sajak 2 seuntai
• Distikon (Greek: 2 baris)
• Rima – aa–bb
b) Terzina
Terzina (Itali: 3 irama)
c) Quatrain
• Quatrain (Perancis: 4 baris)
• Pada asalnya ada 4 rangkap
• Dipelopori di Malaysia oleh Mahsuri S.N.
d) Quint
Pada asalnya, rima Quint adalah /aaaaa/ tetapi kini 5 baris dalam serangkap diterima umum sebagai Quint (perubahan ini dikatakan berpunca dari kesukaran penyair untuk membina rima /aaaaa/
e) Sextet
• sextet (latin: 6 baris)
• Dikenali sebagai ‘terzina ganda dua’
• Rima akhir bebas
f) Septima
• septime (Latin: 7 baris)
• Rima akhir bebas
g) Oktav
• Oktaf (Latin: 8 baris)
• Dikenali sebagai ‘double Quatrain’
h) Soneta
· Terdiri atas 14 baris
· Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina
· Dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang disebut octav.
· Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang disebut sextet.
· Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam
· Sextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam ocvtav , jadi sifatnya subyektif.
· Peralihan dari octav ke sextet disebut volta
· Penambahan baris pada soneta disebut koda.
· Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14 suku kata
· Rima akhirnya adalah a – b – b – a, a – b – b – a, c – d – c, d – c – d.

Tags: